Jumat, 16 Oktober 2015

Kesenian dan Tradisi dari Jawa Timur

Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki wilayah terluas dari 6 provinsi yang ada di Pulau Jawa yaitu dengan luas wilayah mencapai 47.922 km². Provinsi Jawa Timur yang beribukota di Surabaya memiliki wilaya administratif mencakup 38 wilayah kabupaten dan kota. Provinsi Jawa Timur memiliki beragam kesenian dan tradisi yang telah diakui secara nasional bahkan diantaranya ada pula yang telah dipatenkan sebagai kekayaan dan warisan kebudayaan tak benda dari Indonesia.

Apa saja kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang perlu kita ketahui dan lestarikan bersama-sama? Berikut penjelasannya :

1. Reog Ponorogo


Gambar Reog Ponorogo - intisari-online.com
Bila kita mendengar kata reog, maka yang akan terlintas dibenak adalah seni tari yang pernah diklaim oleh Malaysia. Kata reog sendiri sebenarnya merujuk pada bentuk kesenian yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Reog di Jawa Barat merupakan kesenian / seni musik dan tari yang dibawakan oleh 4 orang pemain sambil membawa gendang. Sedangkan di Jawa Tengah kata reog merujuk pada kesenian / seni tari yang dibawakan oleh 2 penari yang menggunakan topeng.

Nah.. untuk kesenian Reog yang ada di Jawa Timur lebih dikenal dengan nama Reog Ponorogo. Reog Ponorogo merupakan kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang merupakan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari inti menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota bulu-bulu merak dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari Topeng singa Reog Ponorogo ini adalah bawa penari yang membawa topeng seberat 50 kg tersebut mengandalkan kekuatan gigi.

Seni Reog Ponorogo terdiri dari  2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan.

Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan ini ini terdiri dari tarian singa barong.
Berikut adala beberapa tokoh yang diperankan dalam tarian Reog Ponorogo :
  • Jathil yaitu prajurit berkuda
  • Warok yaitu  yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.
  • Barongan (Dadak Merak), merupakan tarian yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Barongan berupa topeng singa dengan mahkota bulu merak.
  • Klono Sewandono menggambarkan raja kelono yang sakti mandraguna
  • Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom

Jathilan : kratonpedia.com

Warok : reogponorogo.wordpress.com
Barongan
Klono Swandono
Bujang Ganongan : reogponorogojakarta.blogspot.com
Pertunjukan Reog Ponorogo diiringi dengan berbagai alat musik tradisional Jawa Timur yang salah satunya terdapat alat musik angklung

2. Wayang Topeng (Malang)


Wayang Topeng Malang
Wayang Topeng yang berasal dari Malang juga disebut sebagai wayang topeng malangan. Kesenian Wayang Topeng Malang ini tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan sebagai tradisi kultural dan religius pada masyarakat jawa. Pada awal mula adanya wayang topeng malang tidak diperuntukan sebagai pertunjukan kesenian, akan tetapi Wayang Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara persembahyangan.

Struktur pertunjukkan Wayang Topeng Malang sekarang pada umumnya diawali oleh sajian gendhing-gendhing giro, kemudian tari ngerema (gaya putera atau putri) sebagai ucapan selamat datang kepada penonton. Setelah tari ngrema dilanjutkan lawakan ludruk (kadang-kadang tanpa pelawak), kemudian gendhing-gendhing talu wayangan. Dalam sajian pakeliran siklus waktunya dibagi lima tingkatan yaitu: Pathet sepuluh (Untuk gendhing talu saja),  Pathet wolu, Pathet sanga, Pathet miring dan Pathet serang. Biasanya sebelum tancep kayon, sajian diakhiri dengan penampilan tari beskalan dan tayuban, oleh boneka perempuan dan laki-laki, yang diiringi gendhing ijo-ijo dilanjutkan gonjor


3. Ludruk

Ludruk adalah suatu kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Berbeda dengan ketoprak yang melakonkan kehidupan istana, Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.



4.Tari Remo

Tari Remo merupakan tari selamat datang khas Jawa Timur yang menggambarkan karakter dinamis Jawa Timur. Daerah-daerah yang menggunakan tarian ini diantaranya Surabaya, Jombang, Malang, dan Situbondo. Tarian ini dikemas sebagai gambaran keberanian seorang pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Makanya sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini. Tarian yang dipromosikan sekitar tahun1900 ini, pernah dimanfaatkan oleh nasionalis Indonesia untuk berkomunikasi kepada masyarakat. Saat remo ditarikan selalu diiringi dengan musik gamelan dalam suatu gending yang terdiri dari bonang, saron, gambang, gender, slentem, siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan gong dan irama slendro. Biasanya menggunakan irama gending jula-juli Suroboyo tropongan. Tari remo dapat ditarikan dengan gaya wanita atau gaya pria, baik ditampilkan secara bersama-sama atau bergantian. Biasanya tari ini di tampilkan sebagai tari pembukaan dari seni ludruk atau wayang kulit.
Busana yang dikenakan masing-masing daerah di Jawa Timur untu menari remo memiliki khas tersendiri. Gaya Surabayaan atau juga Sawunggaling, penarinya mengenakan kostum yang terdiri dari bagian atas hitam yang menghadirkan pakaian abad 18, celana bludru hitam dengan hiasan emas dan batik. Di pinggang ada sebuah sabuk dan keris. Di paha kanan ada selendang menggantung sampai ke mata kaki. Sementara penari perempuan memakai sanggul di rambutnya.
Sementara busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum. Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi. Satu lagi adalah busana remong putri. Busana ini berbeda dengan gaya remong yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.
Gerakan kaki yang rancak dan dinamis menjadi karakteristik yang paling utama. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristik yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif. Meskipun tari remong dulunya seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remong pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu–tamu kenegaraan.
Selain itu, tari remong juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini muncul jenis tari remong putri. Dalam pertunjukan tari remong putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

remo2.jpg



 

 

5. Jaran Bodhag (Probolinggo)

  Jaran Bodhag adalah kesenian tradisional yang berasal dari Probolinggo Jawa Timur. Jaran Bodhag mulai muncul dan dikenal oleh masyarakat Kota Probolinggo sejak zaman awal kemerdekaan. Salah satu sumber menerangkan, bahwa Jaran Bodhag merupakan kesenian turunan dari kesenian ada sebelumnya, yaitu “Jaran Kecak”, namun perbedaannya pada kesenian jaran bodhag tidak menggunakan Kuda asli, tetapi menggunakan semacam bentuk tiruan kuda dari bahan rotan dan kayu.

Bentuk penyajian Jaran Bodhag adalah arak-arakan dan diiringi musik kenong telo’ dengan tambahan sronen. Tampilan Jaran Bodhag terdiri dari dua orang pembawa Jaran Bodhag, serta dua orang Janis/penari pengiring/pembawa Jaran Bodhag. Pemain Jaran Bodhag menggunakan pakaian yang gemerlap yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya dengan maksud untuk menarik perhatian penonton.

Jaran Bodhag biasanya ditampilkan pada perayaan tertentu atau pada acara seperti khitanan sebagai hiburan seni pertunjukan tradisi secara turun temurun.




6. Topeng Dongkrek (Madiun)

Topeng Dongkrek merupakan bentuk seni tari yang diiringi oleh musik bedug dan kendang. Seni Dongkrek lahir pada sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini namanya berganti menjadi Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Seni Topeng Dongkrek merupakan seni pertunjukan dan hiburan dengan para pemain yang menggunakan topeng yang terdiri dari tiga jenis topeng, yaitu topeng raksasa atau buta dengan muka seram, topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih, serta topeng orang tua lambang kebajikan.

Demikian Sobat,  Kesenian dan Tradisi dari Jawa Timur yang perlu kita ketahui dan lestarikan bersama. Semoga bermanfaat.



Sumber: http://www.tradisikita.my.id/2015/04/6-kesenian-dan-tradisi-dari-jawa-timur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar